kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%
ADV /

Mentawir: Kepingan Puzzle Aksi Mitigasi Perubahan Iklim di IKN


Selasa, 26 September 2023 / 18:29 WIB
Mentawir: Kepingan Puzzle Aksi Mitigasi Perubahan Iklim di IKN
ILUSTRASI. Kontan - Indo Tambangraya Megah advertorial online

KONTAN.CO.ID - Proses pemindahan ibukota negara ke Kalimantan TImur sampai dengan saat ini terus berlangsung, terutama semenjak diumumkannya oleh Presiden RI bahwa Ibu Kota Nusantara (IKN) didesain menjadi forest city yang menargetkan 75% tutupan hijau.  

Masterplan pembangunan IKN dan KLHS KLHK salah satunya merekomendasikan perbaikan dan pemulihan tutupan lahan di lansekap IKN dengan melakukan revitalisasi ruang terbuka hijau dari jenis-jenis hutan dataran rendah asli Kalimantan. Hal ini berarti tutupan lansekap IKN akan bertransformasi dari lansekap yang monokultur menjadi kawasan kota yang berkarakter heterogenous tropical rainforest dengan berbagai jenis tumbuhan endemiknya.

Direktur SR&M PT Indo Tambangraya Megah Tbk, Ignatius Wurwanto (keempat dari kanan), turut dalam rombongan Presiden meninjau Persemaian Mentawir. Kedua dan ketiga dari depan adalah Dirjen PDASRH KLH&K Diah Murtiningsih, dan Menteri LH&K Siti Nurbaya Bakar.

Upaya yang dilakukan dalam melaksanakan tranformasi tersebut diantaranya melalui pendekatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) dengan mengkombinasikan berbagai jenis asli atau lokal setempat (native species), jenis endemik langka dan dilindungi, tanaman pangan, hias, dan anti nyamuk, jenis fast growing, dan jenis tumbuhan multipurpose lainnya. Guna mendukung upaya tranformasi IKN menjadi forest city dan heterogenous tropical rainforest, serta mendukung upaya RHL secara khusus di daerah penyangga IKN dan di wilayah Kalimantan Timur secara umum, Pemerintah membangun Pusat Persemaian Mentawir.

Mentawir merupakan pusat persemaian berada di IKN pada Kawasan Hutan Produksi di Desa Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara Kaltim seluas 23,88 Ha. Selain menjadi pusat produksi dan menjamin ketersediaan bibit, Mentawir juga akan menjadi pusat plasma nutfah dengan metode konservasi ex-situ.

Kapasitas produksi Mentawir adalah 15 juta bibit per tahun. Bibit yang diproduksi saat ini meliputi jenis tanaman kayu-kayuan (balangeran, balsa, gaharu, meranti, nyamplung, nyatoh, salam, sengon, sungkai, trembesi, ulin, medang, jabon, hopea, tengkawang, nyawai), tanaman HHBK (aren, cempedak, durian, jambu, jengkol, kecapi, mata kucing, petai, rambai, rambutan, sirsak, alpukat, jeruk, mangga, manggis, matoa, kapur) dan tanaman estetika (flamboyan, pucuk merah, tabebuya, tanjung).

Pembangunan Mentawir dilaksanakan secara kolaboratif dengan berbagai pihak. Untuk pembangunan sarana utama persemaian seperti Production House Area, Motherplant House Area, Germination House Area, Acclimatization House Area, Shading Growth Area, Pump House didukung oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk, termasuk pembangunan sarana kantor, mess, dan tempat ibadah. Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV berkontribusi dalam pembangunan sarana penyediaan air baku/Water Supply System (Water Intake, Embung, Water Tank, Ultrafiltration House, Water Spillway, Solar Panel). 

Dukungan pembangunan preservasi jaringan jalan akses menuju Persemaian Mentawir mulai dari simpang jalan utama Samboja – Sepaku hingga jalan nursery di dalam area Persemaian didukung oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kalimantan Timur. Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), selain penyediaan lahan juga membangun beberapa sarana pendukung seperti dinding penahan tebing, gazebo, power house, penyediaan potray, dinding penahan tanah serta produksi bibit.

Presiden Joko Widodo beserta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar saat meninjau Persemaian Mentawir, Kamis 21 September 2023.

Posisi strategis Mentawir

Peran strategis Mentawir selain dalam dukungannya mewujudkan ambisi IKN sebagai Forest City yang berkarakter tropical rainforest, Mentawir juga memiliki fungsi strategis dalam upaya mitigasi perubahan iklim yang sekaligus sebagai bagian dari upaya memenuhi komitmen dan target Nationally Determined Contribution (NDC) khususnya dalam mencapai FoLU net sink 2030, khususnya di daerah penyangga IKN dan Provinsi Kalimantan Timur secara umum.

Ketersediaan bibit Mentawir diharapkan mendukung upaya RHL dalam meningkatkan kualitas kesehatan DAS dan kualitas lingkungan hidup di Kalimantan Timur. Dampak RHL yang diharapkan paling tidak dari 3 aspek, yaitu secara ekologis meningkatkan tutupan lahan sehingga lahan kritis berkurang, menahan laju deforestasi dan degradasi lahan, dan sekaligus meningkatkan keanekaragaman hayati baik flora dan fauna, serta meningkatkan cadangan karbon. Selain itu akan terbentuk iklim mikro dan pulihnya tata air dan jasa lingkungan menjadi dampak yang sering tidak ternilai dari upaya RHL.

Secara ekonomi, dengan adanya Mentawir dan kegiatan RHL dapat meningkatkan keterlibatan dan memberikan insentif masyarakat sekitar, meningkatkan kapasitas dan skill masyarakat dalam penyediaan bibit dan penanaman, yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat yang menguntungkan bagi masyarakat dari jasa lingkungan yang ditimbulkan seperti eco-tourism, jasa air, dan bahkan karbon.

Dari segi sosial, dampak yang diharapkan diantaranya menjadi peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat yang sekaligus dapat meningkatkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan regional secara umum.

Dalam konteks aksi implementasi FoLU net sink 2030, RHL menjadi salah satu upaya mitigasi yang dilakukan melalui skema RHL rotasi dan RHL non-rotasi. Khusus untuk RHL non-rotasi yang bertujuan untuk memulihkan/menjaga fungsi tata air dan jasa lingkungan, target yang harus dipenuhi sampai dengan tahun 2030 adalah 1,89 juta hektar. Selain itu target RHL berdasarkan updated NDC mencapai 200ribu ha/tahun dan fakta bahwa kita masih memiliki kurang lebih 12 juta ha lahan kritis, maka diperlukan kesiapan dan ketersediaan bibit untuk mendukung RHL tersebut, dan Mentawir adalah salah satu pusat persemaian besar yang sedang kita persiapkan.

Selain Mentawir, terdapat pusat persemaian skala besar yang sedang dan telah terbangun, yaitu Persemaian Toba di Sumatera Utara, Persemaian Mangrove Bali, Persemaian Rumpin di Jawa Barat, Persemaian Mandalika di NTB, Persemaian Bajo di NTT, Persemaian Likupang di Sulawesi Utara, Persemaian Kemampo di Sumatera Selatan, dan Persemaian Liang Anggang di Kalimantan Selatan. Dengan kapasitas produksi berkisar antara 5 juta – 10 juta bibit di setiap persemaian tersebut di atas, diharapkan upaya RHL sebagai bagian dari aksi mitigasi perubahan iklim dapat berjalan dengan lancar dan tidak mengalami kendala kekurangan jumlah bibit tanaman.

Tantangan kedepan

Tantangan kedepan Mentawir adalah mengoptimalkan fungsi persemaian ini tidak hanya sebatas produksi bibit, akan tetapi pada tata kelola persemaian secara lebih luas. Secara internal, tata kelola Mentawir perlu dijawab dengan terwujudnya satu sistem tata kelola yang tidak hanya ditopang dari dana Pemerintah akan tetapi mengoptimalkan kerjasama dan kolaborasi dari semua pihak mulai dari sektor swasta, BUMN, dan masyarakat.

Secara eksternal, Mentawir dan pusat persemaian lain yang sudah terbangun dapat menjadi center of excellent bagi proses produksi, distrubsi, dan pemanfaatan bibit kegiatan RHL. Kegiatan reklamasi hutan, penanaman melalui skema rehabilitasi DAS, pembangunan hutan rakyat, pengembangan ruang terbuka hijau, pengembangan perhutanan sosial, dan upaya pemulihan lingkungan lainnya. Dengan kata lain, Mentawir dan pusat persemaian lainnya menjadi hulu dari semua kegiatan mitigasi perubahan iklim, peningkatan cadangan karbon, dan upaya pemulihan lingkungan hidup dalam arti yang lebih luas lainnya.

Dukungan dari semua pihak mulai dari Kementerian/Lembaga terkait, BUMN, private sector, perguruan tinggi, NGO, dan masyarakat menjadi kunci keberlanjutan fungsi dan peran strategis Mentawir dan pusat persemaian lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Reporter: Adv Team
Editor: Ridwal Prima Gozal

TERBARU

×