KONTAN.CO.ID - Tren positif kasus Covid-19 di tanah air, yang terjadi karena kerja keras semua pihak dalam penanganannya, mendapat apresiasi dunia. Percepatan dan pemerataan vaksinasi, koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam melakukan testing dan tracing, serta gotong royong masyarakat, menjadi kunci.
Bahkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di sekolah-sekolah, yang diputuskan dilaksanakan di tengah pandemi, jadi salah satu wujud semangat kebersamaan bangsa Indonesia. Momentum ini harus terus dipelihara guna memastikan masyarakat siap hidup berdampingan dengan COVID-19.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro dalam Siaran Pers Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Rabu (22/09/2021).
“Turunnya kasus aktif hingga di kisaran 50 ribu orang, capaian vaksinasi yang sudah menembus angka 80 juta untuk dosis pertama dan 45 juga untuk dosis kedua, semua adalah berita menggembirakan dan harus kita pertahankan,” tutur Reisa.
Untuk itu, pemerintah dikatakan Reisa, belajar dari kesalahan, lebih tanggap menghadapi risiko COVID-19 dengan tetap ketat menegakkan protokol kesehatan dan menggencarkan vaksinasi.
Vaksinasi adalah syarat penting untuk menjalani proses transisi dari pandemi menjadi endemi. Selain memenuhi target cakupan, pemerataan capaian vaksinasi COVID-19 juga harus diperhatikan, terutama pada kelompok lansia.
Reisa menyatakan, meski cakupan vaksinasi kategori tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik sangat tinggi, namun kategori lansia yang menerima dosis pertama belum mencapai 30%. Sedangkan dosis kedua masih kurang dari 20% terhadap sasaran yang ditetapkan. Ia menyarankan setiap pihak fokus membantu vaksinasi COVID-19 agar makin merata di semua kelompok masyarakat.
Wilayah aglomerasi, menurut Reisa, dapat saling membantu dalam testing, tracing, dan treatment (3T), menjaga mobilitas, mencegah kerumunan, serta memvaksinasi warganya. Hal ini sejalan dengan prinsip Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa kita aman kalau semua aman, karena tidak ada yang aman dari risiko penularan COVID-19 kalau semua orang belum aman oleh vaksinasi.
Reisa juga menyoroti kontribusi signifikan dari kelompok relawan, aparat dan anggota masyarakat yang saling membantu, bergotong-royong mencari solusi bersama dalam pengendalian pandemi. Di antaranya, kolaborasi warga Surabaya untuk menyediakan tabung oksigen dan membagikan bantuan pada mereka yang terdampak. Selain itu, inisiatif masyarakat Surakarta melakukan “Jolijolan” yang memanfaatkan ruang publik untuk saling mendonasikan atau mengambil barang sesuai yang dibutuhkan secara gratis.
Terkait dibukanya akses pusat perbelanjaan, terutama kini bagi anak-anak, Reisa mengingatkan masyarakat untuk memilih ruang publik yang mewajibkan akses aplikasi PeduliLindungi. Tujuannya, agar tingkat keamanan dan kenyamanan pengunjung lebih tinggi, diiringi penerapan protokol kesehatan terutama memakai masker.
“Perkenalkan normal sosial baru di mall ini kepada anak-anak kita. Ingat hukum universal masking, semua orang 100% harus memakai masker di ruang publik, apalagi kalau jarak aman dan ventilasi terbuka tidak memungkinkan,” ujar Reisa.
Dalam masa transisi ini, orang tua harus mengajarkan kepada anak, bahwa virus COVID-19 akan terus ada. Maka anak sebaiknya dibiasakan memakai masker dan melaksanakan protokol kesehatan lainnya sebagai cara melindungi diri sendiri dan orang lain.
“Mari kita jaga situasi kondisi yang membaik ini tetap membaik, tetap konsisten bekerja sama untuk menekan COVID-19, dan makin banyak prestasi serta berita gembira yang kita nikmati,” pungkas Reisa.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, saat ini seluruh kabupaten kota di Jawa dan Bali telah berada pada level 3 dan 2 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sementara di luar Jawa dan Bali ada 21 kabupaten kota pada level 1, 250 kabupaten kota pada level 2, 105 kabupaten/kota pada level 3, dan 10 kabupaten kota pada level 4.
Begitu juga dengan kasus positif COVID-19 dan angka kematian, terus menunjukkan tren penurunan. “Tentu hal ini menjadi berita yang baik untuk kita semua. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama masyarakat yang telah membantu dalam upaya pengendalian pandemi COVID-19 di Indonesia,” ujar dr. Nadia saat menyampaikan beberapa update terkait situasi penanganan COVID-19 secara nasional, dalam Siaran Pers dari Media Center Forum Medan Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Rabu (22/9/2021).
Terkait testing rate nasional, Nadia menegaskan, hal tersebut terus ditingkatkan menjadi 4,22 orang diperiksa per 1000 penduduk per pekan. “Ini di atas standar WHO atau Badan Kesehatan Dunia yaitu 1 orang diperiksa per 1000 penduduk per pekan sebagai parameter surveilans yang komprehensif. Kami juga memastikan, seluruh provinsi telah mencapai standar minimal tersebut dengan beberapa provinsi mencatatkan testing rate yang cukup tinggi yaitu di Bali, Riau, Kalimantan Timur dan DKI Jakarta,” tambahnya.
Sementara positivity rate secara nasional, dr. Nadia menyebut, telah mencapai angka 4% atau lebih kecil dari standar WHO, kurang dari 5%. “Dan seluruh 34 provinsi telah mencapai target positivity rate kurang dari 5%,” katanya.
Pada kesempatan ini Nadia juga membandingkan masa PPKM Darurat pada Juli lalu atau masa PPKM level 4 pada awal Agustus kemarin dengan kondisi saat ini dimana mobilitas masyarakat sudah meningkat jauh.
Hal ini dikatakan Nadia tentu perlu menjadi perhatian semua pihak karena Indonesia pernah mengalami gelombang kasus yang besar beberapa waktu yang lalu. Untuk itu, dia meminta agar disiplin protokol Kesehatan, vaksinasi, testing, dan tracing harus terus ditingkatkan.
“Sekali lagi pelonggaran bukan berarti melupakan protokol kesehatan, meskipun sudah vaksin protokol kesehatan harus tetap dilakukan,” tegasnya.
Nadia juga menyebut adanya beberapa kasus klaster sekolah terkait dengan kegiatan sekolah tatap muka, menurutnya, hal ini harus bisa mengambil pelajaran dari adanya beberapa tersebut. “Perlu kerjasama yang baik antara pihak sekolah, orangtua dan siswa. Protokol kesehatan sangat penting ditegakkan untuk menghindari penularan di komunitas termasuk sekolah,” katanya.
Terkait dengan persebaran informasi pada masa pandemi ini, dikatakannya, berdasarkan dashboard perilaku COVID-19 dari Johns Hopkins Center for Communication didapatkan hasil bahwa sumber informasi COVID-19 yang dipercaya oleh masyarakat Indonesia adalah tenaga kesehatan, tenaga ahli, CDC/WHO, dan Pemerintah yang rata-rata persentasenya lebih dari 90 persen.
Dia mengajak semua pihak bisa melawan misinformasi dan hoaks yang ada di masyarakat. Serta mengajak keluarga, orang-orang lingkungan untuk selalu mengikuti informasi terkini terkait pencegahan COVID-19. Dengan demikian infodemik yang sangat berdampak pada informasi yang salah dan hoaks bisa juga dikendalikan. “Kami ingin mengucapkan terima kasih bahwa masyarakat memilih sumber informasi yang terpercaya,” tutup dr. Nadia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor: Ridwal Prima Gozal