Jakarta. Pesawat terbang CN 235-220 buatan PT Dirgantara Indonesia (Persero)/PT DI resmi diekspor ke Nepal sebagai pesawat angkut militer Nepalese Army atau Angkatan Darat Nepal sebagai realisasi pengiriman atas kontrak yang telah ditandatangain sejak 16 Juni 2017 silam.
Pesawat Ferry Flight tersebut memiliki nomor kontrak MGO/Fixed Wing/073/74/65 antara PT DI dengan Angkatan Darat Nepal. Untuk keperluan ekspor ini, pembiayaan produksi pesawat sepenuhnya dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank dengan menggunakan skema National Interest Account (NIA) / Penugasan Khusus Ekspor (PKE).
Dukungan terhadap proyek ini memberikan manfaat sosial ekonomi bagi Indonesia dengan menyerap lebih dari 4.000 tenaga kerja dan melibatkan industri penunjang terutama UKM di dalam negeri yang ikut memasok kebutuhan untuk pembangunan pesawat terbang tersebut.
Pengiriman pesawat itu dilakukan pada Rabu, (30/10) dari Hanggar Fixed Wing PTDI, Jl. Pajajaran No. 154 Bandung, menuju Kathmandu, Nepal yang direncanakan akan tiba pada tanggal 02 November 2019. Beberapa pejabat yang turut hadir meninjau dan melepas pesawat tersebut adalah Direktur Utama PTDI, Elfien Goentoro, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, Bambang Adi Winarso mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), Harjanto mewakili Menteri Perindustrian bersama Senior Executive Vice President (SEVP) I Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank, Yadi Jaya Ruchandi.
Adapun yang menerbangkan pesawat tersebut adalah Capt. Esther Gayatri Saleh sebagai Test Pilot In Command dan Flight Instructor (acting as Chief of The Mission), dan Capt. Ervan Gustanto sebagai Copilot. Mereka menerbangkan pesawat CN235-220 tersebut dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Medan, kemudian dilanjutkan menuju Yangon, Myanmar, lalu dilanjutkan kembali ke Dhaka, Bangladesh dan terbang kembali menuju Kathmandu, Nepal sebagai destinasi terakhir. Nantinya pesawat tersebut akan dilakukan Flight Training lanjutan dan Final Acceptance Flight oleh Nepalese Army.
Terkait dengan pemberian fasilitas NIA kepada PT DI, sebetulnya merupakan realisasi dari Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 512/KMK.08/2018 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 649/KMK.08/2017 Tentang Penugasan Khusus Kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Untuk Menyediakan Pembiayaan Ekspor Pesawat Udara.
National Interest Account (NIA) merupakan mandat yang diberikan Pemerintah kepada LPEI untuk meningkatkan daya saing produk dan mendorong industri strategis nasional melakukan ekspor ke negara-negara non-tradisional.
Pada kesempatan terpisah, Sinthya Roesly, Direktur Eksekutif LPEI, menyampaikan bahwa kinerja ekspor industri nasional sangat penting bagi peningkatan nilai neraca perdagangan, untuk itu diperlukan upaya dalam meningkatkan nilai ekspor baik dari sisi volume ekspor maupun pasar tujuan ekspor. Sehingga peran Pemerintah melalui LPEI untuk menyediakan pembiayaan khusus dapat menstimulus industri strategis Indonesia melakukan perdagangan (ekspor) ke negara-negara non tradisional.
Keberhasilan PT DI dalam memenuhi pesanan Negara Nepal dapat meningkatkan minat bagi negara lain terhadap produk pesawat terbang buatan Indonesia. Ekspor pesawat udara ke Nepal memiliki nilai strategis bagi PT DI karena kepuasan pelanggan luar negeri menjadi salah satu syarat utama dalam evaluasi pada tender-tender internasional.
“Dukungan yang diberikan LPEI kepada PT DI merupakan salah satu bentuk strategi untuk menunjukkan bahwa produk pesawat buatan Indonesia mampu bersaing di pasar Internasional” tegas Yadi J. Ruchandi, Senior Executive Vice President I LPEI.
Sebagai salah satu fiscal tools Pemerintah, LPEI sesuai dengan mandatnya akan terus melakukan unlocking potential market agar pelaku ekspor Indonesia dapat melakukan penetrasi pasar ke negara non-tradisional dan meningkatkan kapabilitas eksportir untuk berkompetisi di pasar global.
Pesawat CN235-220, merupakan pesawat multirole dengan daya angkut sebanyak 48 (empat puluh delapan) penumpang yang dapat digunakan untuk beberapa misi, mulai dari pengintaian, patroli maritim dan angkutan pasukan bersenjata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor: Indah Sulistyorini