Jakarta, 11 Agustus - Pandemi membuat hampir seluruh kegiatan termasuk acara olahraga terkendala. Baik di tingkat nasional, regional maupun internasional, perhelatan olahraga dibatalkan atau ditunda untuk sementara waktu. Hal ini memunculkan tantangan baru bagi para atlet profesional dan seluruh tim pendukungnya. Para atlet harus menjadwal ulang program latihan juga menjaga motivasi, agar performa dan kebugaran tubuh mereka terjaga, sekaligus tetap terlindung dari penyebaran virus COVID-19.
Di sisi lain, WHO merekomendasikan masyarakat untuk memelihara kesehatan tubuh dengan melakukan 150 menit beraktivitas sedang dan 75 menit untuk beraktivitas fisik setiap minggunya. Manfaat latihan berkala seperti ini juga terbukti membantu mengurangi rasa cemas karena krisis dan ketakutan.
Olimpiade Tokyo 2020 telah usai digelar di tengah keterbatasan akibat pandemi. Indonesia berhasil membawa pulang 5 medali, di antaranya adalah perunggu yang diraih Windy Cantika Aisah dari cabor angkat besi. Semangat berolahraga dan berprestasi yang diusung perhelatan internasional ini, diharapkan dapat menyuntikkan harapan dan optimisme bagi masyarakat, untuk tidak berhenti berkarya sambil tetap disiplin memelihara protokol kesehatan.
Dialog Produktif Rabu Utama di Media Center KPCPEN (11 Agustus 2021) membahas adaptasi-adaptasi baru yang dilakukan para atlet agar tetap berprestasi selama pandemi, pengalaman unik di Olimpiade Tokyo 2020, serta dukungan pemerintah untuk pembinaan olahraga di Indonesia. Termasuk di dalamnya, bagaimana cara para talenta muda dapat bergabung dalam tim olahraga nasional. Dialog berlangsung virtual bersama Dr. H. Zainudin Amali, S.E., M.Si. - Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dirja Wihardja - Pelatih Angkat Besi Tim Indonesia dan Windy Cantika Aisah (Aisah) - Atlet sekaligus peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020.
Baik Dirja dan Aisah, sebagai pelatih dan atlet mengakui, pandemi memunculkan tantangan tersendiri bagi geliat ranah olahraga. Kendati selama 2020 tidak ada turnamen yang dapat diikuti, latihan rutin dan pola hidup sehat tetap dipelihara oleh para atlet di pelatnas untuk menjaga stamina dan performa.
“Kami melakukan simulasi pertandingan 2 minggu sekali untuk menjaga atmosfer kompetisi. Sebagai persiapan Olimpiade Tokyo, tim juga mengikuti try out dua kali tahun ini ke Uzbekistan, sehingga setidaknya, atlet mengetahui situasi pertandingan saat pandemi,” jelas Dirja.
Menurut Aisah, Olimpiade Tokyo memang terasa berbeda, baik dari sisi protokol kesehatan ketat, tes PCR berulang, tekanan mental agar tidak tertular virus COVID-19, sampai suasana pertandingan tanpa penonton serta sekeliling arena yang digelapkan.
Terkait beragam adaptasi dan kejutan yang harus dihadapi para atlet di ajang Olimpiade Tokyo 2020, Menpora menanggapi, “Pemerintah sangat mengapresiasi, bahwa di tengah tekanan dan kebiasaan baru tersebut, para atlet kita berhasil menorehkan prestasi. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari penyelenggaraan Olimpiade Tokyo ini dan menjadi catatan semua pihak.”