KONTAN.CO.ID - Kabupaten Kudus dikenal sebagai penghasil rokok kretek terbesar di Jawa Tengah karena menjadi lokasi banyak industri rokok kretek khas Nusantara. Selain Kota Kretek, Kudus juga memiliki julukan Kota Santri karena ratusan pondok pesantren yang berdiri di sana.
Namun, penyematan nama Kota Santri pada Kudus lebih didasari pada sejarah Kabupaten Kudus sebagai pusat perkembangan agama Islam pada abad pertengahan. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan makam tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Kudus seperti Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kedu, Syekh Syadzali, dan Kyai Telingsing.
Dengan peninggalan sejarah Islam di Kota Kudus, kota ini menjadi salah satu tujuan wisata religi. Kekhasan kuliner seperti Soto Kudus dan Jenang Kudus pun menambah daya tarik wisata kabupaten yang terletak di antara Kota Semarang dan Kota Surabaya tersebut.
Di balik potensi daerahnya, Kabupaten Kudus masih bergelut dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat delapan kasus kebakaran melanda Kabupaten Kudus di tahun 2021. Sementara itu hingga pertengahan tahun 2022, terjadi 13 kasus kebakaran di Kudus.
Permasalahan lain yang cukup mengemuka di Kabupaten Kudus adalah banyaknya balita yang mengalami kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi yang berkepanjangan atau stunting. Hingga Juli 2022, tercatat sebanyak 2.400 balita yang mengalami stunting di Kabupaten Kudus.
Nojorono Kudus sebagai perusahaan yang tumbuh dan berkembang di Kota Kudus sejak 14 Oktober 1932, ikut berkontribusi aktif memberikan solusi terhadap permasalahan lingkungan dan sosial tersebut.
Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap kebakaran, Nojorono Kudus mengadakan sosialisasi pelatihan dan simulasi pemadam kebakaran. Sosialisasi mitigasi bencana kebakaran ini digelar di dua tempat yang berbeda, yakni di SMK Kristen Nusantara dan Balai Desa Kaliwungu pada 26 Juli 2022 dan 10 Agustus 2022 silam.
Melalui pelatihan, masyarakat diharapkan dapat memiliki pengetahuan dasar untuk melakukan tindakan preventif dan mengetahui langkah awal bila terjadi kebakaran. Dalam pelatihan, juga disampaikan pengetahuan dasar menggunakan alat pemadam kebakaran dengan baik dan benar.
Terkait permasalahan stunting, Nojorono Kudus yang merupakan sebutan akrab PT Nojorono Tobacco International dan dikenal sebagai pemilik merek dagang Minak Djinggo ini menyalurkan bantuan kepada para balita penyintas stunting di Kabupaten Kudus.
Bantuan yang diberikan meliputi paket bahan pangan kepada balita umur 6 bulan hingga 5 tahun dan difokuskan di Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus.
T. Sugiyanto selaku CSR Department Head Nojorono Kudus menyampaikan bahwa Nojorono Kudus terus berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kudus. Komitmen Nojorono Kudus terhadap pengembangan sosial kemasyarakatan warga Kabupaten Kudus ini merupakan wujud sinergi dan kepedulian terhadap pembangunan ekonomi kerakyatan yang perlu dilakukan semua pemangku kepentingan, termasuk pelaku industri.
“Nojorono Kudus telah diberkati untuk terus maju hampir sembilan dekade. Eksistensi Nojorono Kudus merupakan sebuah pertanda bahwa Nojorono Kudus terus berdiri untuk menjadi sebuah agen perubahan, serta menjadi Cahaya untuk sekitar. Harapannya, kesuksesan yang diraih oleh Nojorono Kudus, tidak hanya dapat dirasakan oleh khalayak sekitar Nojorono Kudus saja, melainkan iso nguripi (bisa menghidupi) berbagai lapisan masyarakat di Indonesia,” papar T. Sugiyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor: Ridwal Prima Gozal
