KONTAN.CO.ID - Jakarta, 9 Mei 2025 — Lestari Forum bertajuk Sustainable Ecosystems Start with SME–Corporate Collaboration telah berlangsung pada 8 Mei 2025 di Studio 2 Menara Kompas, Jakarta Pusat. Forum ini menjadi platform dialog lintas sektor yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan ekosistem berkelanjutan di Indonesia melalui kolaborasi antara UKM dan korporasi besar.
Pada Lestari Forum kedua ini, para narasumber membahas beberapa hal utama: pemetaan kemitraan di ekosistem investasi berkelanjutan, pengalaman investasi berdampak jangka panjang, serta strategi memenangkan Lestari Awards, sebuah ajang apresiasi untuk inisiatif bisnis berkelanjutan.
Pemetaan Kemitraan di Ekosistem Investasi Berkelanjutan
Sustainable Finance Advisor WWF-Indonesia Rizkia Sari Yudawinata menjelaskan dalam bahwa dekarbonisasi UKM masih terhambat masalah finansial dan struktural, seperti keterbatasan keahlian, akses pendanaan, dan ketergantungan pada pembeli utama. Meski penyedia solusi energi terbarukan (RE ESCO) mulai tumbuh, solusi efisiensi energi (EE ESCO) masih terganjal biaya audit tinggi, minimnya pelaku, dan belum adanya model bisnis yang layak dibiayai.
Tingginya persyaratan agunan dan insentif yang kurang menarik juga membatasi akses UKM ke pembiayaan hijau. Bank internasional telah menggunakan skema jaminan, dana DFI, dan model leasing ESCO untuk mendukung UKM, strategi serupa perlu diadopsi bank lokal agar pembiayaan hijau lebih inklusif dan berdampak.
Sementara itu, Director of ANGIN Advisory Saskia Tjokro, menjelaskan bahwa agar tidak tertinggal, korporasi juga harus menggandeng UKM. "Dengan cara inkubasi, akselerasi pelatihan dari ESG dan praktik berkelanjutan, kemitraan dalam rantai pasok berkelanjutan, dan juga dukungan akses pasar," urainya.
Tak hanya itu, ia juga memaparkan bahwa dalam lima tahun terakhir (2019–2024), jumlah dana investasi berdampak meningkat, tapi jumlah transaksinya justru sedikit menurun. Ini menunjukkan tren investor lebih memilih investasi besar dalam jumlah yang lebih sedikit. Di sisi lain, investor kecil justru makin aktif, terlihat dari peningkatan jumlah transaksi dan volume investasi.
Dalam konteks Indonesia, jumlah calon investor berdampak yang tertarik ke Indonesia terus meningkat, walau lebih banyak dari luar negeri. Namun, ini tetap menunjukkan bahwa investasi berdampak masih punya peluang yang besar.
Wawasan dari Praktik Investasi Berkelanjutan
Regional Program Implementation Manager GRI ASEAN Network Lany Harijanti membagikan pengalaman dan tantangan mendampingi UKM menuju kesiapan ESG, termasuk pendekatan ESG reporting untuk mengukur dampak dan kontribusi kemitraan jangka panjang. Ia merekomendasikan panduan pengungkapan ESG yang disederhanakan ASEAN untuk UKM dalam rantai pasok oleh ACMF.
Namun, banyak UKM di ASEAN, termasuk Indonesia, belum menjadikan keberlanjutan sebagai prioritas dan mengakui belum pernah menjalankan inisiatif keberlanjutan. Hanya sebagian kecil UKM yang rutin memantau dampak usahanya pada aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial.
“Mungkin nanti banyak yang protes, kan cuma reporting, tapi proses dalam sustainable reporting itu membantu organisasi untuk mengetahui mau dibawa ke mana organisasinya karena yang kita bahas di dalam sustainability adalah tentang dampak,” ujar Lany.
Salah satu harapan besar yang mengemuka dalam Lestari Forum II adalah pentingnya memperkuat kolaborasi antara korporasi dan UKM secara lebih strategis dan terarah. Dana keberlanjutan yang dimiliki oleh korporasi diharapkan tidak hanya difokuskan untuk kebutuhan internal, tetapi juga dapat disalurkan secara nyata untuk mendukung peningkatan kapasitas UKM.
“Harapannya kita mendapat insight dan kita juga ingin mendapatkan bagaimana dana keberlanjutan dari teman-teman korporasi bisa disalurkan kepada UMKM supaya UMKM bisa naik levelnya, bisa masuk rantai pasok, dan tentu saja Bapak Ibu juga bisa melaporkan itu di ESG report masing-masing,” ujar VP Sustainability KG Media, Wisnu Nugroho.
Strategi Memenangkan Lestari Awards
Dalam sesi khusus mengenai Lestari Awards, dewan juri membagikan beberapa hal yang menjadi pertimbangan utama penilaian. Salah satunya adalah nilai keaslian dari inisiatif yang diajukan.
“Kita tentunya akan memberi nilai lebih bagi inisiatif yang lebih otentik, kadang-kadang ada sesuatu yang kayaknya konvensional gitu terus menjadi tertinggal,” ungkap salah satu juri Lestari Awards 2024, Putra Adhiguna, yang juga merupakan managing director Energy Shift Institute.
Ia juga menyoroti pentingnya inklusivitas. “Masalah inklusivitas juga sangat penting karena salah satu yang cukup menarik para juri adalah kalau misalnya sebuah korporasi melibatkan pihak-pihak di luar korporasi itu sendiri, masyarakat dan juga lembaga-lembaga di luar.”
Selain itu, Putra menyarankan peserta untuk memulai proposal dengan cerita, bukan langsung ke data. “Kadang-kadang kita punya tendensi pokoknya harus statistik, tentunya harus ada data-data yang mendukung, tapi satu yang penting adalah adalah cerita, membuka submission itu dengan cerita.”
Jangan Lewatkan Lestari Awards 2025!
Lestari Awards 2025 bukan sekadar penghargaan, tetapi platform untuk mengakselerasi transformasi bisnis menuju keberlanjutan. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari perubahan besar ini!
Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi Lestariawards.id atau hubungi [kontak penyelenggara].
Media Contact
Luthfi Kurniawan
Communication Lead Lestari Awards & Summit 2025
Email: luthfi.kurniawan@kompas.com
Website: lestari.kgmedia.id/award
Selanjutnya: Kinerja PTBA Dihantui Perlambatan Permintaan Ekspor
Menarik Dibaca: Jarang Ditemui Tapi 4 Anime Populer Ini Karakter Utamanya Perempuan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor: Indah Sulistyorini