KONTAN.CO.ID - Selain menjadi kota pelajar, Yogyakarta juga identik sebagai kota wisata. Kota yang sarat budaya ini sejak dulu menjadi incaran banyak pelancong, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari tahun ke tahun, destinasi wisata baru pun terus bermunculan dan menambah kunjungan wisata.
Tingginya kunjungan wisata di Yogya tentu saja ikut mendorong perekonomian warganya. Baik yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata itu sendiri atau yang menjadi pelengkapnya. Seperti keberadaan toko-toko kelontong di kota gudeg ini.
Menyadari potensi ini, para pemilik toko kelontong ikut berbenah. Sebab, tak hanya dari warga sekitar, pangsa pasar toko kelontong semakin luas dengan hadirnya para wisatawan ini.
Salah satunya, Toko Rukun yang ada di Parangtritis, Bantul. Berada di salah satu obyek wisata favorit, Purwanto, pemilik Toko Rukun, pun segera ingin mengubah tokonya menjadi lebih baik. Asal tahu saja, Wanto, panggilan Purwanto, mewarisi usaha penginapan dan toko kelontong milik orangtuanya.
Toko yang sudah berdiri puluhan tahun ini, mulai bergabung dengan SRC pada 2017. Wanto bilang, ia memutuskan bergabung dalam jaringan toko kelontong masa kini Sampoerna Retail Community (SRC) karena ingin maju dan berkembang. Benar saja, setelah bergabung dengan SRC, Toko SRC Rukun bertambah besar, baik dari luasan toko maupun omzet.
Sesuai arahan SRC, Wanto merenovasi tokonya. Rapi, bersih, terang dan nyaman menjadi pedomannya dalam mendesain ulang tokonya. “Ini seperti filosofi laron, dimana tempat yang terang, bersih dan rapi, konsumen akan merasakan nyaman,” terangnya.
Wanto pun merasakan betul, dampak pendampingan oleh tim SRC.Penjualannya naik hingga tiga kali lipat. Ia pun bisa bertukar informasi dengan sesama pemilik toko dalam paguyuban SRC soal tren dan strategi bisnis toko kelontong masa kini.
Pembayaran Jadi Lebih Mudah
Sesuai dengan misi dan visinya, SRC benar-benar bisa mengubah wajah pemilik toko kelontong. Mereka akan tersenyum lebar setelah merasakan imbas pendampingan SRC bagi tokonya.
Namun, bukan saja para pemilik toko kelontong. Kehadiran SRC juga dirasakan oleh para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Khususnya, pelaku UKM yang mengisi Pojok Lokal.
Seperti yang dialami oleh Berta Rina, produsen bawang goreng (bagor) Burina. Ia merasakan kepastian berbisnis setelah bergabung dengan SRC.
Sebelumnya, Rina menitipkan bawang goreng ke toko kelontong tradisional di sekitar Yogya.
Dengan sistem konsinyasi, seringkali Rina tak mendapatkan uang hasil penjualan bagornya dari toko tersebut. “Bahkan ada toko yang tak mau menjual lagi, saya setelah saya tagih uangnya tak ada,” ujarnya kesal.
Rina pun harus menanggung rugi. Modalnya ikut ludes. Dari 70 toko itu, akhirnya ia hanya menyisakan tiga toko yang mempunyai riwayat pembayaran jelas.
Hingga tim SRC mengetahui keberadaan Burina. Kemudian, Rina mendapat pengarahan soal pengemasan dan pengiriman supaya nilai jual produknya lebih tinggi. Hasilnya, penjualannya meningkat dan mampu menggantikan nilai jual dari toko yang dia tinggalkan.
Kini, dalam sehari, Rina mampu mengolah 25 kilogram (kg) hingga 30 kg bawang merah segar. Tak hanya mendongkrak perekonomian keluarganya, Rina juga mampu memberdayakan warga di sekitar rumahnya. “Mereka membantu saya mengupas kulit bawang,” ujarnya.
Wanita 45 tahun ini pun berharap usahanya terus membesar sehingga bisa ikut mendorong kesejahteraan warga sekitar rumahnya lebih baik. “Saya juga berharap, melalui SRC, Burina bisa menjangkau pasar di seluruh Indonesia,” tuturnya.
Puas dan Berbagi
Dengan mengikuti pengarahan dan pendampingan tim SRC, para pemilik toko kelontong masa kini mampu membuktikan, konsep toko yang rapi, bersih, terang dan nyaman berdampak positif. Meski pada awalnya, merasa berat karena harus merogoh kantong untuk mengikuti konsep toko SRC, namun pada akhirnya mereka sangat puas.
“Senang sekali saya bergabung dengan SRC dan melihat penampilan toko saya sekarang,” seru Yohanna Sukmawati sumringah. Pemilik toko kelontong ACDC merasa bersyukur akhirnya ikut bergabung bersama SRC pada 2013 silam.
Penampilan Toko ACDC memang berubah total, layaknya Toko Kelontong Masa Kini. Semua barang tersusun dengan rapi dan bersih. Logo dan warna dinding ala SRC pun membuat penampilan lebih segar
Selain soal interior toko dan penyusunan barang, SRC juga memberi pendampingan dalam mengelola toko. Termasuk, mendapat jaringan pemasok yang memudahkannya dalam pemesanan plus pengembalian barang.
Tak hanya itu, Sukma pun bisa mengikuti tren berbisnis toko kelontong. Yakni, tokonya bisa menerima pembayaran transaksi pembelian dan berbagai tagihan dalam bentuk digital di Pojok Bayar. Ia dan para konsumennya juga memanfaatkan aplikasi Ayo SRC yang memberi banyak kemudahan.
Oh ya, lewat aplikasi Ayo SRC ini, konsumen bisa mengikuti undian berhadiah yang diselenggarakan oleh SRC. Sukma pun bisa merancang program promonya sendiri untuk mengikat pelanggan. “Saya juga dibantu oleh para pemasok untuk menggelar promo di toko saya,” ujar dia.
Tak berhenti di sini, setelah merasakan kepuasan bergabung dengan SRC, Sukma menularkan pengalamannya ke pemilik toko lainnya. Ia ikut membina dan memberikan pendampingan pada mereka. Sukma bilang, ada sekitar 30 pemilik toko yang menjadi binaannya.
Pelaku UKM yang mengisi Pojok Lokal juga dia rangkul. Bahkan, tak segan, Sukma meminta mereka untuk terus memperbaiki kualitas produk, baik dari segi rasa, bentuk dan warna. “Saya memang bisa merasakan, mana yang enak dan kurang, termasuk menentukan penampilan yang baik,” ujarnya.
Setelah produk memenuhi standarnya, Sukma juga ikut membantu memasarkan produk UKM tersebut ke pemilik toko yang tergabung dalam paguyuban SRC di Yogya. Alhasil, pelaku UKM pun ikut merasakan berkah adanya Pojok Lokal SRC.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor: Ridwal Prima Gozal