kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.483.000   -4.000   -0,16%
  • USD/IDR 16.759   23,00   0,14%
  • IDX 8.606   -12,46   -0,14%
  • KOMPAS100 1.186   2,30   0,19%
  • LQ45 854   2,65   0,31%
  • ISSI 306   -1,12   -0,37%
  • IDX30 439   -0,13   -0,03%
  • IDXHIDIV20 512   0,41   0,08%
  • IDX80 133   0,39   0,29%
  • IDXV30 138   0,50   0,36%
  • IDXQ30 140   -0,10   -0,07%
ADV / ADV

Dari Sorgum ke Sukun, BRIN Ungkap Potensi Pangan Lokal Nusantara


Jumat, 19 Desember 2025 / 13:27 WIB
Dari Sorgum ke Sukun, BRIN Ungkap Potensi Pangan Lokal Nusantara
ILUSTRASI. Dok. Badan Gizi Nasional

KONTAN.CO.ID - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memetakan kekayaan pangan lokal Nusantara sebagai sumber karbohidrat dan gizi alternatif yang tersebar dari wilayah barat hingga ujung timur Indonesia. Kepala Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Dr. Dra. Dwinita Wikan Utami, M.Si. mengatakan, Indonesia memiliki keragaman tanaman pangan mulai dari serealia, kacang-kacangan, umbi-umbian hingga hortikultura yang potensinya belum dimanfaatkan optimal.

Dalam diskusi Kompasiana bertajuk Perspektif: Melacak Jejak Pangan Nusantara, Dwinita menyebutkan berbagai sumber karbohidrat lokal seperti ubi jalar, jagung lokal, padi berpigmen berwarna hitam hingga merah, hanjeli, millet, sorghum, serta sagu. Menurutnya, sorgum dan sagu berpeluang menjadi alternatif pengganti terigu karena kandungan gizinya yang baik dan telah beradaptasi di Indonesia.

BRIN juga mencatat keragaman sumber daya genetik umbi-umbian seperti talas, yam, ubi kayu, caladium, dan ubi jalar yang tersebar di berbagai daerah. Dwinita menegaskan, sumber daya genetik tersebut merupakan aset milik bangsa sehingga pengembangannya harus dilakukan melalui kolaborasi dengan para pemilik dan pengelola daerah. Tujuannya agar perekonomian tetap tumbuh.

Selain karbohidrat, riset BRIN turut menggarisbawahi potensi hortikultura berupa sayuran dan buah-buahan lokal. Pisang lokal, misalnya, tersebar luas di sejumlah daerah seperti Solok dan Jawa Timur dengan keragaman genetik yang tinggi. BRIN juga mengembangkan pisang dengan kandungan beta-karoten tinggi untuk mendukung program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG). Buah lain seperti pepaya juga menjadi sumber vitamin C dan beta-karoten.

Tidak hanya pangan, BRIN meneliti tanaman hias seperti labisia yang mengandung squalene, senyawa antioksidan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan biopestisida ramah lingkungan hingga kosmetik. Saat ini, riset tersebut masih terus dikembangkan.

Dwinita menambahkan, BRIN kini didorong agar hasil riset tidak berhenti pada invensi, tetapi dapat dimanfaatkan menjadi inovasi. Karena itu, BRIN membuka akses dan memperluas kolaborasi dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, serta mitra industri. Menurutnya, kerja sama dengan industri dilakukan dengan memastikan validitas riset sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi dan keberlanjutan bagi semua pihak.

“Jadi dimanfaatkan secara luas. Jadi platform ini bisa untuk menyebar-ulatkan termasuk ini ya mohon izin kami juga ikut literasi apa saja riset yang ada di kami. Salah satu dan salah beberapanya itu adalah melalui kolaborasi,” jelas Dwinita.

Sebagai informasi, acara Perspektif: Melacak Jejak Pangan Nusantara turut dihadiri Akademisi dan pakar entomologi Dr. Ir. Dadan Hindayana, Research Director CS-IFA Repa Kustipia, CEO KG Media Andy Budiman, Chief Marketing Officer of KG Media Dian Gemiano, COO Kompasiana Heru Margianto, dan pimpinan KG Media lainnya.

Selanjutnya: Cakra Buana (CBRE) Pasang Target Pendapatan Tumbuh 30% di Tahun 2026

Menarik Dibaca: Berlibur ke Dubai, Ini 5 Tradisi Uni Emirat Arab yang Wajib Diketahui

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Reporter: Adv Team
Editor: Indah Sulistyorini

Video Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

×