Memang tak dapat dipungkiri bahwa tingkat perekonomian menentukan perkembangan suatu negara. Karena, negara yang dikatakan maju adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, hal ini dibuktikan dari nilai pendapatan nasionalnya dan nilai produk domestik bruto.
Dalam perkembangan ekonomi makro, resesi adalah kondisi di mana perekonomian mengalami penurunan, biasa ditandai dengan penurunan produk domestik bruto (GDP). Resesi juga dapat dilihat dari penurunan secara drastis pada berbagai indikator aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, manufaktur, keuntungan perusahaan dan investasi.
Apabila resesi terjadi, tingkat pengangguran akan meningkat drastis secara global, akibatnya daya beli masyarakat pun menurun. Dan apabila ini terjadi secara terus menerus, sektor bisnis akan mengalami kebangkrutan. Resesi yang berlangsung bertahun-tahun dapat menjadi depresi ekonomi.
Di tahun 2020 ini, isu mengenai resesi sudah ramai dibicarakan di berbagai negara. Terutama setelah ada tanda-tanda yang menunjukan perlambatan ekonomi. Hal ini menghantui semua orang, terutama mereka yang baru atau sedang membangun asetnya melalui investasi. Namun, haruskah kita khawatir?
Keamanan Investasi saat Resesi
Resesi bagi masyarakat tentunya merupakan sebuah musibah, namun resesi bisa menjadi sebuah kesempatan bagi mereka yang ingin memulai atau ingin terus mengembangkan aset investasi. Pasalnya, pada saat resesi nilai-nilai aset menurun sehingga bisa menjadi waktu yang tepat untuk membeli aset baru seperti saham, properti, reksa dana dan lain-lain. Pada saat investor lain akan menjual aset-aset mereka, kita bisa mengambil kesempatan ini untuk membeli aset-aset yang harganya lebih murah.
Namun, bukanlah hal yang bijaksana untuk membeli banyak aset saat resesi dan mengharapkan return secepatnya. Karena resesi berlangsung dalam jangka waktu yang tidak singkat. Bisa jadi aset yang kamu beli saat resesi pun masih akan terus mengalami penurunan nilai. Selain itu, resesi membawa dampak negatif di aspek kehidupan lain, sehingga kamu tetap harus memperhitungkan hal-hal mendasar seperti jaminan finansial untuk tetap memiliki sandang, pangan dan papan di saat perekonomian yang memburuk itu.
Satu hal yang pasti harus tetap dipertahankan saat berinvestasi adalah tetap melakukan diversifikasi. Diversifikasi investasi merupakan penyebaran kekayaanmu ke berbagai jenis instrumen investasi yang ada. Diversifikasi berguna untuk menekan risiko dari investasi, terutama bila terjadi resesi dan risiko investasi pun meningkat. Melalui diversifikasi, nilai aset investasi kamu akan relatif lebih sehat dibandingkan mereka yang tidak melakukan diversifikasi.
Diversifikasi ke alternatif investasi jangka pendek
Bagi kamu masih baru di dunia investasi, namun merasa terhantui dengan isu resesi dalam waktu dekat, kamu bisa menyisihkan sebagian pendapatanmu ke instrumen investasi jangka pendek. Karena melalui investasi jangka pendek, kamu bisa mendapatkan return dalam waktu relatif cepat, sehingga kamu bisa mendapatkan tambahan income untuk mempersiapkan finansialmu sewaktu-waktu keadaan ekonomi memburuk.
Salah satu alternatif investasi jangka pendek adalah melalui pendanaan Peer to peer Lending. Melalui pendanaan P2P Lending, kamu bisa mendapatkan imbal hasil relatif lebih tinggi dengan tenor 1-12 bulan saja. Return dari pendanaan P2P Lending dapat kamu rasakan dalam waktu relatif singkat, sehingga kamu tidak perlu merasa khawatir akan keadaan asetmu.
Pendanaan P2P Lending Aman di Akseleran
Salah satu platform P2P Lending yang bisa kamu coba adalah Akseleran, karena selain memiliki agunan di portofolio pendanaannya, sebagian besar sudah dilengkapi dengan asuransi. Imbal hasil yang didapatkan pun mencapai 21% per tahun dengan tenor 1 hingga 12 bulan.
Gunakan kode promo KONTAN2020 saat mendaftar, dan dapatkan dana awal sebesar Rp100 ribu untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke cs@akseleran.co.id. Segera unduh aplikasi Akseleran sekarang di Google Play atau Apple App Store.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor: Indah Sulistyorini
