kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
ADV /

Beralih dari Luring ke Daring, Cara Para Pengajar dan Bimbel Berdamai dengan Pandemi


Kamis, 10 Februari 2022 / 18:00 WIB
Beralih dari Luring ke Daring, Cara Para Pengajar dan Bimbel Berdamai dengan Pandemi
ILUSTRASI.

KONTAN.CO.ID – Menjaga semangat belajar anak-anak di masa pandemi Covid-19 tidaklah mudah. Butuh usaha agar anak tetap bersemangat menerima materi pengajaran selama pandemi. Sebab, materi pelajaran disampaikan secara berbeda.

Anak tidak lagi dapat menerima pelajaran secara luring di dalam kelas, tetapi secara daring melalui layar laptop atau gawai. Anak hanya dapat mendengar suara gurunya saja.

Kondisi tersebut tidak hanya menimbulkan kesulitan bagi anak, tetapi juga orangtua. Kesulitan tersebut disampaikan oleh Hadi Pranoto, orangtua siswa kelas 3 dan 5 sekolah dasar (SD). Hadi mengatakan bahwa peran orangtua menjadi lebih besar dalam pembelajaran anak.

“Tidak jarang saya harus duduk mendampingi mereka mengerjakan tugas dari gurunya. Malah kadang ikut membantu mengerjakan contoh soal,” kata Hadi.

Oleh karena Hadi juga berprofesi sebagai dosen di sebuah kampus di Siodarjo, ia juga memahami kesulitan para pengajar di masa pandemi.

Menurut Hadi, saat menjalani perannya sebagai dosen, ia seakan “dipaksa” mencari cara inovatif agar mahasiswa-mahasiswi bisa tetap fokus menerima materi kuliah lewat pengajaran daring.

“Itu demi memastikan mereka ikut kuliah. Tidak ghosting alias hanya muncul di awal jam kuliah lalu menghilang. Pandemi Covid-19 telah mengubah “wajah” pendidikan. Terjadi disrupsi dalam dunia pendidikan. Pendidikan jelas tidak lagi sama seperti dulu,” katanya.

Seorang anak antusias belajar secara daring. Bimbingan Belajar Sinotif mengembangkan metode pengajaran daring yang menyenangkan dan punya banyak benefit bagi siswa

Lembaga bimbingan belajar juga terdampak

Tak hanya orangtua dan pengajar di institusi pendidikan yang kini harus bekerja ekstra untuk mengajar. Tutor di lembaga bimbingan belajar (bimbel) juga tidak bisa lagi hanya datang ke kelas untuk menyampaikan materi sembari berdialog dua arah dengan siswa.

Oleh sebab itu, mereka juga sangat terdampak oleh perubahan pengajaran luring ke daring.

Selama berpuluh-puluh tahun, lembaga bimbel  menjalankan kegiatannya secara offline (luring). Ketika pandemi, mendadak cara belajar mengajar berubah.

Co Founder Sinotif Anthonyus Kuswanto mengatakan kesulitan tersebut. Anton, begitu ia biasa disapa, mengatakan bahwa Sinotif  merupakan bimbel online terbaik spesialis eksakta dan secara khusus bergerak di bidang matematika, fisika, dan kimia.

Selama lebih dari 20 tahun, Sinotif terus berkembang dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa-siswi mulai tingkat sekolah dasar hingga menengah atas. Namun, pengalaman tersebut tidak membuat Sinotif mudah mengatasi disrupsi pandemi di bidang pendidikan.

“Pertama muncul pandemic disruption yang lantas diikuti digital disruption. Betapa pandemi yang mengubah perilaku banyak orang dan berpengaruh pada cara Sinotif dalam menjalankan bisnis,” kata Anton.

Dia menyebut awal pandemi yang diikuti munculnya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat belajar secara tatap muka tidak bisa dilakukan. Pada masa pemberlakuan dua kebijakan itu, Sinotif berupata bertahan hidup.

“Jumlah siswa yang mengikuti bimbel menurun. Penurunan itu jelas berdampak kerugian hingga ratusan juta dari sisi bisnis,” kisah Anton.

Situasi itu membuat Anton dan koleganya di Sinotif berpikir keras untuk melakukan inovasi pengajaran. Sebab, bila ingin bertahan hidup, pilihannya hanya dua, yakni beradaptasi dengan pindah ke digital atau mati digilas perubahan.

"Semangat kami adalah mengembangkan sistem pengajaran online yang rasanya seperti tatap muka, tidak beda dengan mengajar di kelas. Bagaimana agar siswa suka, nyaman, dan mudah paham. Itu goal kami," jelas Anton.

Menurut Anton, bimbel  Sinotif sebenarnya sudah membuat konsep belajar e-learning sejak lima tahun lalu. Namun, penerapannya susah. Sebab, siswa masih lebih senang datang langsung ke kantor cabang, belajar di kelas.

Tak disadari, secara tidak langsung, pandemi Covid-19, menjadi momen emas bagi konsep belajar online yang diterapkan Sinotif sejak lama untuk naik kelas.  Terlepas dari imbas buruk yang ditimbulkan, pandemi memuat e-learning Sinotif bukan lagi pilihan kedua, melainkan satu-satunya pilihan.

Dari situ, Sinotif lantas membuat pengajaran online bernama Sinotif Learning Method bagi para siswa dan orangtua. Melalui metode ini, selain bimbingan guru spesialis eksakta melalui layanan belajar online yang modern, live, dan interaktif, Sinotif memberikan report belajar kepada orangtua setelah sesi belajar selesai.

Selain itu, siswa juga mendapatkan layanan personal sesuai kebutuhan dan target belajar yang diinginkan. Bahkan, ada layanan limitless 24 jam nonstop dengan aplikasi Tanya Jawab Soal yang dapat digunakan kapan pun dan di mana pun.

Siswa juga punya pengalaman berbeda. Mereka bisa belajar di manapun tanpa harus datang ke cabang Sinotif.

"Belajar jadi lebih hemat waktu dan hemat biaya. Kami juga menjawab harapan para customer di masa pandemi anak-anak mereka belajar lebih aman, bersih, dan bebas kontak fisik," jelas Anton.

Bermetamorfosis di tengah pandemi

Awalnya, perubahan dari luring ke daring yang dipaksa pandemi itu bak pilihan “hidup atau mati” bagi Sinotif.  Namun, seiring keberhasilan Sinotif mengembangkan metode pengajaran daring yang bisa diterima para customer, Anton dan kawan-kawan merasakan manfaat besar.

Contohnya, mereka tidak perlu lagi menyewa gedung untuk kantor cabang Sinotif seperti dulu. Cukup satu kantor tapi bisa menjangkau ke banyak area. Tentu saja itu menghemat biaya.

Selain itu, dengan metode pembelajaran Sinotif berubah dari luring ke daring, customer menjadi semakin terbuka. Bila dulunya lebih banyak di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) kini market share Sinotif meluas hingga ke Aceh, Bali, Sulawesi sampai Papua.

"Bila dianalogikan seperti metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu. Awalnya lambat, lalu kami bertranformasi sehingga bisa terbang ke mana-mana," ujar Anton.

Namun Anton menyatakan bahwa transisi selalu tidak mudah, terutama di masa awal memulai perubahan. Pada awal transformasi, selain mencari teknologi demi mengakomodasi metode pengajaran yang akan dijalankan, Anton juga harus meyakinkan ke timnya bahwa berubah dari luring ke daring merupakan pilihan terbaik.

Ia juga harus meyakinkan customer,  dalam hal ini para siswa dan orangtua bahwa sistem pengajaran daring yang dikembangkan Sinotif akan lebih memberikan benefit optimal bagi mereka.

Marketing Manager Sinotif Marion, menjelaskan bahwa Sinotif Learning Method dikembangkan dengan didukung empat pilar.

“Empat pilar tersebut adalah guru-guru yang spesial di bidangnya, pengajaran sistematis step by step yang disesuaikan dengan kondisi anak. Semisal anak yang sifatnya global ataupun spesifik,” ujar Marion.

Selain itu, Sinotif learning method juga bersifat personalize. Semi privat. Bahwa, siswa diajari satu persatu sesuai kebutuhan. Serta, layanan pengajaran 24 jam nonstop (limitless).

Ada akses website e-learning untuk belajar mandiri melalui seratusinstitute.com di mana siswa bisa menanyakan soal-soal susah secara instan dengan aplikasi Tanya Jawab Soal kapanpun di manapun.

"Tantangan bahwa setiap anak berbeda dalam menerima pengajaran, bukan halangan bagi kami. Sebab, selama 20 tahun lebih, itu yang kami lakukan. Kami paham setiap anak beda, baik daya tangkap, disiplin, target, dan kebutuhan belajarnya," jelas Marion.

Di masa pandemi, semua bimbel  pastinya juga menerapkan perubahan yang sama. Berubah dari pengajaran luring ke daring demi bisa tetap bertahan. Namun, Sinotif tidak hanya mengedepankan belajar daring menggunakan media online yang rekaman video berisi guru yang menjelaskan materi, tetapi juga interaksi.

Ada perhatian kepada tiap siswa, sehingga belajar online terasa seperti tatap muka di kelas. Murid tidak belajar sendiri tapi ada komunikasi dua arah.

Sinotif mengambil pelajaran bahwa pandemi Covid-19 bukan untuk dikutuk. Namun, dihadapi dengan gagah berani. Dengan melahirkan inovasi yang selaras dengan perubahan zaman dan kebutuhan banyak orang di era baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Reporter: adv PI
Editor: Indah Sulistyorini

TERBARU

×