kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
ADV /

Atur Arus Kas Keuangan dengan Menggunakan Invoice Financing Sebagai Solusinya!


Jumat, 08 November 2019 / 15:48 WIB
Atur Arus Kas Keuangan dengan Menggunakan Invoice Financing Sebagai Solusinya!

Sebagai seorang pebisnis, mendengar istilah seperti omzet (revenue), laba (profit) dan pengeluaran (cost) mungkin tidak lagi asing. Tolak ukur keuangan tersebut merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan untuk menentukan sehat atau tidaknya sebuah bisnis. Namun, seringkali para pebisnis melupakan salah satu tolak ukur yang tidak kalah penting, yaitu arus kas atau cash flow.

Arus kas atau cash flow merupakan pergerakan uang yang masuk dan keluar dalam periode waktu tertentu. Pada umumnya setiap bisnis menginginkan pergerakan uang yang masuk lebih besar dibandingkan uang yang keluar. Namun, ada kalanya uang yang keluar menjadi lebih besar daripada uang yang masuk, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dalam arus kas.

Menjaga arus kas merupakan hal penting agar perusahaan dapat terus beroperasional. Tetapi, para pelaku usaha kerap kali kurang memperhatikan arus kas miliknya sehingga perusahaannya tidak lagi bisa melanjutkan kegiatan operasional. Parahnya lagi, arus kas yang negatif berkepanjangan bisa mengancam keberadaan sebuah perusahaan, karena apabila sebuah perusahaan tidak memiliki kas yang cukup untuk membayar supplier, karyawan, atau kreditor, maka perusahaan tersebut akan dianggap pailit.

Tipe-tipe arus kas

Arus kas secara garis besar dibagi dua: arus kas masuk (inflow) dan arus kas keluar (outflow). Arus kas masuk atau inflow merupakan jumlah uang yang masuk ke dalam kas perusahaan. Termasuk di antaranya, jumlah penjualan barang dan jasa, penerimaan royalti dan komisi, restitusi pajak, bunga dari investasi,  penjualan aset dan lain-lain.

Sedangkan arus kas keluar (outflow) merupakan jumlah uang yang keluar dari kas perusahaan, yang biasanya terdiri dari pembayaran gaji karyawan, pelunasan kepada pemasok barang dan jasa, pembelian aset, pembayaran pajak dan lain-lain. Secara umum, timbulnya arus kas yang negatif ini disebabkan oleh jumlah pengeluaran yang lebih besar (outflow) dibandingkan jumlah uang yang masuk (inflow).

Penyebab Arus Kas Negatif

Salah satu penyebab umum arus kas bermasalah dalam berbisnis adalah adanya pengeluaran biaya pada saat menunggu pelunasan atau pencairan dari invoice klien. Hal ini dikarenakan adanya terms of payment (TOP), yaitu jangka waktu dari penerbitan invoice sampai pelunasannya. Terms of payment tiap perusahaan berbeda-beda, ada yang berjarak 30 hari dan ada pula yang memiliki durasi hingga 90 hari. Istilah terms of payment ini sangat lazim didengar oleh perusahaan yang bergerak di bidang B2B (Business-to-Business).

Hal ini dapat semakin diperparah apabila pembayaran sampai telat hingga jatuh tempo. Dana yang harusnya cair dan dapat digunakan sebagai modal operasional atau untuk pengembangan usaha tidak dapat diterima, sehingga kegiatan bisnis pun menjadi terhambat.

Sebagai contoh, perusahaan A yang bergerak dalam bidang instalasi listrik melakukan transaksi bisnis dengan perusahaan B selaku pengguna jasa tersebut. Perusahaan B sebagai klien dari perusahaan A memiliki terms of payment hingga 90 hari, padahal dalam waktu dekat perusahaan A harus melunasi biaya bahan baku dan peralatan yang digunakan dalam proyek tersebut. Belum lagi, dalam waktu yang bersamaan, Perusahaan A harus membayar gaji pegawainya. Akibatnya, kegiatan operasional perusahaan A menjadi terhambat. Perusahaan A pun tidak bisa memulai proyek baru karena tidak memiliki modal untuk membeli bahan baku.

Karena itu, pergerakan uang keluar yang besar pada saat menunggu pelunasan dari klien membuat arus kas dari sebuah perusahaan akan terganggu. Para pelaku usaha perlu memutar otak untuk mencari cara mendapatkan modal, agar mereka dapat menjalankan bisnisnya kembali dan mempertahankan perusahaannya. Salah satu caranya adalah dengan meminjam dana.

Mengajukan Pinjaman Hanya dengan Menggunakan Invoice Sebagai Jaminan

Kejadian yang dialami perusahaan A dapat diatasi dengan mengajukan pinjaman, sehingga perusahaan A mendapatkan dana untuk membayar tagihan biaya dan terus dapat menjalankan operasionalnya lalu dapat menjalankan proyek baru. Namun, untuk mengajukan pinjaman tidak semudah yang dibayangkan, biasanya diperlukan agunan berupa tanah dan bangunan yang tidak semua UKM memilikinya.

Pelaku usaha tentunya menginginkan pinjaman yang lebih fleksibel persyaratannya. Salah satu pilihan pinjaman yang cocok untuk situasi seperti ini adalah dengan Invoice Financing.

Invoice Financing adalah alternatif pinjaman dengan menggunakan invoice sebagai agunannya. Pelaku usaha pun dapat mengajukan pinjaman yang relatif lebih fleksibel dibandingkan pinjaman lain yang pada umumnya membutuhkan agunan berupa fixed asset seperti tanah & bangunan. Tenor pinjaman Invoice Financing juga fleksibel, umumnya mulai dari 1 bulan hingga 6 bulan, tergantung kebutuhannya.

Dengan mengajukan Invoice Financing, usaha atau bisnis yang masih menunggu pelunasan invoice dapat berjalan seperti biasa. Arus kas juga akan lebih lancar. Sementara invoice belum dibayarkan, perusahaan juga dapat mengejar proyek lainnya dengan menggunakan dana pinjaman dari invoice financing sebagai modal. Terlebih lagi, pinjaman yang didapatkan hanya membutuhkan invoice sebagai agunannya.

Pengajuan Invoice Financing di Platform P2P Lending Akseleran

Invoice financing dapat diajukan ke lembaga keuangan yang mempunyai produk pinjaman. Salah satunya dapat melalui perusahaan fintech lending, seperti platform Peer-to-peer (P2P) Lending Akseleran. Akseleran telah membantu ratusan UKM yang membutuhkan pinjaman untuk menjaga arus kas mereka agar tetap sehat.

Proses pengajuan pinjaman pun relatif mudah. Perusahaan yang membutuhkan invoice financing bisa melampirkan invoice yang belum dilunasi sebagai agunan. Setelah invoice terverifikasi dan melewati uji kelayakan dan didukung persyaratan lain yang telah terpenuhi, pengajuan pinjaman akan diproses. Calon peminjam bisa mendapatkan dana pinjaman hingga 80% dari nilai invoice.

Bunga pinjaman di Akseleran rata-rata berkisar antara 18%-21% per tahun. Namun, karena invoice financing memiliki tenor yang cenderung singkat mengikuti terms of payment yaitu sekitar 3-6 bulan, maka bunga yang perlu dibayarkan pun sekitar 4.5%-9% saja. Biaya lain yang perlu dikeluarkan adalah origination fee atau biaya administrasi sebesar 0.25% per bulannya. Untuk project 4 bulan dengan margin keuntungan 20% dan bunga pinjaman 18% per tahun, maka setelah dikurangi biaya bunga dan origination fee perusahaan masih menikmati keuntungan 13%.

Syarat pengajuan pinjaman invoice financing di platform P2P Lending Akseleran relatif mudah. Selain lampiran invoice sebagai agunan, pemilik usaha hanya perlu mempersiapkan dokumen pendukung seperti laporan keuangan tahunan yang mencakup laporan laba dan rugi dan rekening koran. Sebagai kriteria peminjam, usaha yang dimiliki minimal sudah berjalan satu tahun dan memiliki laba.

Platform P2P Lending Akseleran memberikan akses keuangan inklusif untuk UKM di Indonesia

Akseleran merupakan salah satu platform P2P Lending yang terdaftar resmi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), memberikan akses inklusi keuangan untuk UKM yang membutuhkan dana untuk menjaga dan mengembangkan usahanya.

Di samping invoice financing, Akseleran memiliki produk pinjaman lain seperti inventory financing, receivables financing, online merchant financing dan lain-lain. Para pelaku UKM dapat mengajukan pinjaman mulai dari Rp75 juta hingga Rp2 miliar, dengan persyaratan dan agunan yang lebih fleksibel. Untuk info lebih lanjut mengenai pengajuan pinjaman di Akseleran, bisa menghubungi 0815-1869-896/0812-8430-0520 atau email ke cs@akseleran.com .

Bantu Mengembangkan UKM di Indonesia dengan Melakukan Pendanaan di Akseleran!

Dalam menyalurkan pinjaman seperti invoice financing untuk UKM, Akseleran memakai sistem crowdfunding. Sistem ini memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk memberikan dana yang nantinya akan dikumpulkan dan disalurkan kepada UKM yang membutuhkan pinjaman setelah target pendanaan terpenuhi.

Bagi pemberi dana yang ingin membantu UKM di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran merupakan salah satu alternatif investasi dengan imbal hasil hingga 21% per tahun. Memulai mengembangkan dana di aplikasi P2P Lending Akseleran bisa dimulai dengan dari Rp 100 ribu saja.

Akseleran juga memberikan dana awal sebesar Rp 100 ribu bagi mereka yang ingin mencoba mengembangkan dana di Akseleran. Cukup gunakan kode voucher KONTAN2019 saat mendaftar, pengguna baru aplikasi Akseleran bisa langsung coba menyalurkan dana ke UKM. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi 0811-9300-443 atau email ke cs@akseleran.com. Segera unduh aplikasi Akseleran sekarang di  Google Play atau Apple App Store.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Reporter: Adv Team
Editor: Indah Sulistyorini

TERBARU

×