KONTAN.CO.ID - Industri petrokimia memiliki potensi besar untuk menopang perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global. Namun, dibutuhkan sinergi pemerintah, industri, dan masyarakat untuk mengatasi tantangan dan mengakselerasi pertumbuhan industri petrokimia.
Isu tersebut menjadi sorotan dalam Konferensi Petrokimia Nasional (National Petrochemical Conference/NPC) 2024 yang diselenggarakan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) pada 13 Mei 2024 di Fairmont Hotel Jakarta.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang yang menyampaikan keynote speech dalam NPC, menyambut baik dan memberikan apresiasi tinggi atas penyelenggaraan acara ini. Kementerian Perindustrian mendukung percepatan pertumbuhan industri petrokimia dari hulu ke hilir, untuk menciptakan nilai tambah signifikan bagi negara.
Agus menekankan, dalam menghadapi tantangan global dan memanfaatkan peluang yang ada, kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta menjadi kunci untuk mendorong akselerasi industri petrokimia.
”Industri petrokimia diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian. Industri ini menjadi salah satu program hilirisasi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal ini juga akan otomatis meningkatkan kemampuan produksi dalam negeri,” ujar Agus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, industri kimia merupakan industri ketiga terbesar dalam hal investasi. Namun, penyediaan produk kimia di Indonesia masih bergantung pada impor.
Menghadapi tantangan tersebut, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati berkomitmen dalam mengakselerasi industri petrokimia. Sektor ini juga berkontribusi besar dalam menyerap tenaga kerja serta mampu mendorong perkembangan industri lain.
“Oleh karena itu, kami menggagas acara ini sebagai upaya untuk mengajak seluruh pemangku kepentingan pemerintah berdialog, mengidentifikasi tantangan, dan merumuskan peta jalan yang holistik dari berbagai aspek,” ucap Nicke.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono menekankan industri perlu melakukan adaptasi dan inovasi dalam menyikapi perubahan regulasi dan tantangan global, termasuk potensi kenaikan harga bahan baku. "Kita harus fokus pada pengembangan industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor," ungkap Fajar.
Direktur Utama TubanPetro Sukriyanto menambahkan, pengembangan sektor petrokimia masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal pembiayaan. Karena itu, inovasi dalam pembiayaan sangat penting untuk mendukung pengembangan industri petrokimia. Salah satu cara yang dapat dioptimalkan adalah melalui pola kerja sama antara pemerintah dan swasta, atau yang dikenal dengan Public Private Partnership (PPP).
"Kerja sama ini memungkinkan pembagian risiko antara pemerintah dan pihak swasta. Model ini memungkinkan pembangunan berkelanjutan dan pengurangan beban fiskal pemerintah," ungkap Sukriyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor: Ridwal Prima Gozal