kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%
ADV /

5 Masalah Keuangan yang Dialami Generasi Milenial


Rabu, 20 November 2019 / 16:56 WIB
5 Masalah Keuangan yang Dialami Generasi Milenial

Banyak yang beranggapan bahwa para generasi milenial memiliki tingkat literasi digital yang cukup baik, sayangnya tingkat literasi mereka dalam hal keuangan atau finansial tampaknya masih minim. Hal ini dibuktikan oleh survey yang dilakukan sebuah perusahaan di Amerika Serikat tentang bagaimana mereka berdiskusi mengenai keuangan atau finansial dengan pasangannya. Pasangan milenial membutuhkan waktu 6 bulan hingga 1 tahun untuk membicarakan permasalahan keuangan finansial dengan pasangannya baik itu seputar hutang, kredit, tabungan maupun investasi.

Ini berbanding terbalik dengan generasi sebelumnya. Tingkat literasi finansial yang cenderung lebih rendah ini akan menjadi tantangan besar bagi generasi milenial, terutama masalah pengelolaan keuangan. Sangat ditakutkan apabila rata-rata generasi milenial yang belum melek soal finansial ini akan juga memiliki keuangan yang tidak sehat, sehingga berdampak buruk juga pada perekonomian negara.

Lalu, apa saja faktor yang menyebabkan generasi ini akan semakin sulit mengelola keuangan dibandingkan generasi sebelumnya? Simak penjelasannya berikut.

  • Minimnya Ketertarikan Seputar Finansial

Salah satu permasalahan utama mengapa generasi milenial masih relatif rendah dalam literasi keuangan adalah kurangnya kesadaran untuk mempelajari cara mengelola keuangan pribadi. Walaupun sekarang info mengenai finansial sudah banyak beredar di media apapun, tetapi karena ketertarikan terhadap finansial yang masih sangat minim, menjadikan generasi ini kurang pengetahuan mengenai masalah ini.

Dengan semakin berkembangnya sektor finansial dan teknologi, generasi milenial sebenarnya akan semakin memiliki banyak pilihan yang memudahkan pengelolaan keuangan mereka. Oleh karena itu, jika mereka hanya mengetahui sekedar tabungan, deposito atau kartu kredit, maka ke depannya mereka akan ketinggalan perkembangan dari dunia finansial.

Padahal seharusnya generasi milenial lebih aware dengan tren finansial, bukan hanya tren fashion atau teknologi karena sumber informasi finansial yang disajikan lebih banyak. Terlebih lagi, informasi seputar finansial sekarang dikemas lebih baik dan dapat dikonsumsi dengan mudah, salah satunya melalui media sosial. Generasi pengguna media sosial ini dapat mem-follow akun-akun yang membahas informasi seputar finansial untuk tetap mendapat asupan informasi keuangan dan terhindar dari masalah-masalah finansial yang ada.

  • Memiliki Banyak Hutang

Bagi sebagian orang kartu kredit bisa menjadi suatu alat pembayaran yang sangat memudahkan transaksi finansial, tak terkecuali generasi milenial. Padahal dengan memiliki kartu kredit risiko terlilit hutang semakin tinggi, akan tetapi para milenial sangat menyukai penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayarannya.

Salah satu kesalahan utama penggunaan kartu kredit adalah menyangka bahwa kartu kredit sebagai sarana mendapatkan uang tambahan untuk bertransaksi. Yang seringkali tidak disadari adalah besarnya bunga dan denda apabila terlambat membayar tagihan kartu kredit. Maka dari itu, sangat disarankan jika porsi hutang atau cicilan tidak melebihi 30% dari pendapatan bulanan supaya pembayaran hutang kartu kredit tidak menjadi beban berat dan dapat dilunasi tepat waktu

  • Tekanan Gaya Hidup

Semakin tinggi gaya hidup, semakin tinggi pula dana yang akan dikeluarkan untuk mencukupinya. Adanya tekanan gaya hidup sebenarnya sering menimbulkan banyak problem bagi para milenial, terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Untuk itu kenali mana yang merupakan kebutuhan, mana yang merupakan keinginan (needs vs. wants) agar tak terjebak dalam gaya hidup yang konsumtif.

Kaum milenial yang seringkali mengeluh tidak punya uang, bisa saja disebabkan karena mereka memiliki gaya hidup yang tinggi, bukan karena pendapatan yang rendah. Seringkali kenaikan pendapatan diiringi dengan kenaikan pengeluaran akibat peningkatan gaya hidup yang menyebabkan kondisi selalu kekurangan.

  • Adanya Inflasi

Masalah ini harusnya lebih diperhatikan kembali oleh para milenial. Tanpa disadari permasalahan keuangan yang satu ini akan sangat berdampak bagi keuangan mereka. Dengan adanya inflasi yang membuat kenaikan harga barang sekitar 4% per tahun, akan menurunkan daya beli generasi milenial yang hanya menaruh uangnya di tabungan dengan bunga 2% per tahun. Untuk itu, rencanakan pengembangan uang dari sekarang, salah satunya dengan melakukan investasi, agar inflasi tidak menggerus nilai keuanganmu.

  • Konsumtif Terhadap Experience

Ini juga bisa menjadi masalah bagi kaum milenial di era sekarang. Pada era terdahulu, kebiasaannya lebih kepada membeli suatu barang atau berinvestasi pada barang yang tak bergerak, tetapi nyatanya sekarang generasi milenial lebih mementingkan suatu experience dibandingkan kedua hal diatas. Contohnya, banyak sekali anak muda yang suka travelling, menghabiskan waktu di restoran dan Café, sedangkan tabungan yang mereka miliki sangat minim.

Dengan gaya hidup yang mereka jalani, experience menjadi sesuatu yang lebih berharga dibandingkan menabung atau berinvestasi. Mindset seperti ini yang perlu sedikit diperbaiki karena mereka sebaiknya mulai memikirkan masa depan mereka dengan cara berinvestasi.

Tidak cukup hanya menjaga pengeluaran dan menabung saja

Bukan tidak mungkin permasalahan pengelolaan keuangan yang mendera kaum milenial sekarang akan memberikan efek buruk yang berkepanjangan kedepannya. Karena itu, penting untuk menggunakan dana secara bijak. Tidak cukup hanya menjaga biaya pengeluaran dan menabung, generasi milenial juga harus mulai berinvestasi, supaya nilai mata uang tidak turun dan rencana masa depan bisa tercapai.

Berinvestasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misal melalui deposito, emas, atau reksadana. Salah satu cara lain mengembangkan dana bisa melalui platform Peer-to-peer (P2P) Lending, yang biasanya bisa memberikan imbal hasil lebih besar dengan modal awal yang relatif kecil.

Melalui platform P2P Lending, generasi milenial bisa mengembangkan dana dengan menjadi pemberi dana (lender) untuk usaha kecil menengah yang membutuhkan pinjaman (borrower). Dengan demikian, selain mendapatkan keuntungan, pendanaan melalui P2P Lending juga mendorong perekonomian Indonesia.

Danai UKM pilihanmu di Platform P2P Lending Akseleran

Mulai kembangkan dana dengan memberikan pinjaman ke UKM-UKM Indonesia di  Akseleran, sebuah platform Peer-to-Peer (P2P) Lending terpercaya yang terdaftar dan diawasi OJK. Akseleran akan membantu kamu yang memiliki rencana masa depan yang lebih baik dengan adanya imbal hasil hingga21% per tahun dengan pendanaan mulai dari Rp 100 ribu.

Calon lender juga bisa menggunakan kode promo KONTAN2019 untuk mendapatkan dana awal senilai Rp 100 ribu. Risiko pendanaan di Akseleran juga diminimalisir dengan adanya penyertaan agunan di lebih dari 99% portofolio pinjaman serta dilengkapi dengan proteksi asuransi. Gunakan aplikasi Android atau iOS agar kamu dapat melakukan pendanaan maupun memonitor hasil pendanaan kamu dengan lebih mudah.

Untuk kamu yang tertarik mengenai pendanaan langsung bisa juga menghubungi (+62811-9300443) atau bisa via email cs@akseleran.com.

Yuk, mulai mengembangkan dana di platform P2P Lending Akseleran!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Reporter: Adv Team
Editor: Indah Sulistyorini

TERBARU

×